Saatnya Muhasabah Diri Guna Tingkatkan Kualitas Hidup & Kehidupan Bersama
Dunia diibaratkan lautan. Semakin kita meminum airnya, akan semakin hauslah tenggorokan. Begitulah, ketika dunia yang dikejar, kita tak akan pernah puas untuk terus memburunya.
Kenikmatan dan keindahan yang ditawarkannya terasa amat menyenangkan. Sehingga, kita lupa dan lalai akan kewajiban kepada Sang Khalik. Tak sedikit dari kita yang lebih memilih terus melakukan pekerjaan di kala azan sudah berkumandang.
Tak jarang, kita menunda shalat karena lelah yang menjadi alasan. Ya, kita merasa lelah saat dihadapkan dengan kewajiban beribadah kepada-Nya. Namun, kita jarang sekali merasa lelah ketika kita sedang asyik berlari mengejar dunia.
Dunia begitu memesona, menyihir mata, telinga, bahkan hati dan jiwa. Godaan harta, pangkat, juga rasa cinta dapat menjatuhkan kita ke dalam jurang kebinasaan. Banyak yang mengejar harta sampai lupa kepada Sang Pencipta.
Tak sedikit yang mengejar pangkat, akhirnya masuk dalam perangkap setan. Dan, sudah tak terhitung berapa jumlahnya orang yang binasa lantaran cinta yang berlebih terhadap manusia.
Pahamilah, dunia yang kita tinggali ini hanyalah tempat sementara. Kita hanya diberi waktu yang sebentar hidup di dunia ini.
Dunia yang kita tempati ini layaknya tempat bercocok tanam. Kelak, kita sendiri yang akan menuai hasilnya di akhirat. Maka, perbaiki dan perbanyaklah amal kebajikan. Semoga kelak di hari akhir, kita termasuk orang yang beruntung.
Ada 3 pertanyaan agar kita muhasabah diri- diri kita, dimana dari 3 pertanyaan tersebut jawabannya ada didalam Al-Qur’an, karena itu sungguh Al-Qur’an adalah penuntun hidup dan cahaya yang mengeluarkan manusia dari kegelapan ke arah yang terang benderang :
1. Dari Manakah Manusia Berasal
Allah Subhanahu wata’ala berfirman:
وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ مِنْ سُلَالَةٍ مِنْ طِينٍ ثُمَّ جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً فِي قَرَارٍ مَكِينٍ ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَامًا فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْمًا ثُمَّ أَنْشَأْنَاهُ خَلْقًا آخَرَ ۚ فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik“. (QS. Al Mu’minun : 12-14).
لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya“. (QS. At Tin : 4).
Selain manusia sebaik – baik bentuk juga Allah Subhanahu wata’ala menciptakan manusia yang diberikan keutamaan yang tidak diberikan kepada makhluk – makluk yang lain. Allah berfirman:
وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِىٓ ءَادَمَ وَحَمَلْنَٰهُمْ فِى ٱلْبَرِّ وَٱلْبَحْرِ وَرَزَقْنَٰهُم مِّنَ ٱلطَّيِّبَٰتِ وَفَضَّلْنَٰهُمْ عَلَىٰ كَثِيرٍ مِّمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا
“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan”. (QS. Al Isra’ : 70).
Allah memberikan kepada kita akal untuk berfikir, oleh karenanya barangsiapa yang menggunakan akalnya dengan sebaik-baiknya dan ia menundukkan untuk taat kepada tuhannya, maka derajatnya bisa naik bahkan melampaui para malaikat, namun barangsiapa yang menghinakan akalnya (Akal dalam bahasa arab disebut (ikatan) dengan ikatan tersebut mengikat pemiliknya agar tidak terjatuh dalam perbuatan keji_Penj). Oleh karenanya jika manusia tidak menggunakan akalnya maka derajatnya lebih rendah dari binatang. Allah Subhanahu wata’ala berfirman:
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ ۖ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا ۚ أُولَٰئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai”. (QS. Al A’raf : 179).
Hikmah bagi kita untuk mengetahui dari mana penciptaan kita sebagaimana dalam firman Allah kita diciptakan dari setetes air mani yang hina agar kita tahu bahwasanya kita adalah makhluk yang lemah. Allah Subhanahu wata’ala berfirman:
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفًا وَشَيْبَةً ۚ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ ۖ وَهُوَ الْعَلِيمُ الْقَدِيرُ
“Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa“. (QS. Ar Rum :54).
Dalam ayat yang lain:
وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ ۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”. (QS. An Nahl : 78).
Seseorang ketika lahir tidak mampu berbuat apa – apa, ia membutuhkan pertolongan dari kedua orang tua dan orang lain, hal inilah yang menunjukkan bahwasanya manusia lemah dihadapan Allah Subhanahu wata’ala. Ini menjadi teguran bagi kita untuk apa menyombongkan diri padahal semua kita berasal dari air yang hina dan kelak akan menjadi bangkai yang berbau.
2. Mengapa Manusia Diciptakan dan Dihadirkan Dimuka Bumi
Allah Subhanahu wata’ala menciptakan manusia bukan secara kebetulan hanya disebabkan perjodohan kedua orang tua melalui pernikahan kemudian melahirkan anak, tidak demikian, akan tetapi manusia diciptakan dipermukaan bumi ini memiliki tujuan yang telah dijelaskan oleh Allah Subhanahu wata’ala didalam Al-Qur’an dan barangsiapa yang tidak mengikuti visi dan misi tujuan diciptakannya manusia sesuai dengan Al-Qur’an maka ia akan tersesat. Allah Subhanahu wata’ala berfirman:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Tidaklah Kuciptakan jin dan manusia kecuali supaya mereka beribadah kepada-Ku”. (QS. adz-Dzariyat: 56).
Jadi kita diciptakan dimuka bumi ini dalam rangka untuk mengumpulkan bekal amalan sholeh sebanyak – banyaknya, bukan sekedar untuk mengumpulkan harta karena harta adalah sesuatu yang fana yang akan kita tinggalkan, bukan untuk megumpulkan jabatan dengan menghalalkan segala cara. Allah Subhanahu wata’ala berfirman:
أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ
“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?“. (QS. Al Mu’minun : 115).
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ
“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun“. (QS. Al Mulk :2).
Jadi, kita hidup didunia ini dalam rangka untuk diuji oleh Allah Subhanahu wata’ala. Bukan untuk mendapatkan gelar sebagai orang yang paling kaya, tersohor, terkenal dan terpandang akan tetapi untuk menjadi orang yang paling baik amalannya, karena sesungguhnya kehidupan kita didunia ini sementara, kelak manusia dihari kiamat ketika dibangkitkan seakan-akan hanya hidup sesaat didunia. Allah berfirman:
وَيَوْمَ يَحْشُرُهُمْ كَأَنْ لَمْ يَلْبَثُوا إِلَّا سَاعَةً مِنَ النَّهَارِ يَتَعَارَفُونَ بَيْنَهُمْ ۚ قَدْ خَسِرَ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِلِقَاءِ اللَّهِ وَمَا كَانُوا مُهْتَدِينَ
“Dan (ingatlah) akan hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka, (mereka merasa di hari itu) seakan-akan mereka tidak pernah berdiam (di dunia) hanya sesaat di siang hari, (di waktu itu) mereka saling berkenalan. Sesungguhnya rugilah orang-orang yang mendustakan pertemuan mereka dengan Allah dan mereka tidak mendapat petunjuk”. (QS. Yunus : 45).
3. Kemana Manusia Hendak Akan Pergi
Semua manusia akan kembali kepada Allah Subhanahu wata’ala, sebagaimana kita beriman dengan hari berbangkit dimana pada hari kiamat semua manusia akan berdiri dihadapan Allah Subhanahu wata’ala. Allah Subhanahu wata’ala berfirman:
وَاتَّقُوا يَوْمًا تُرْجَعُونَ فِيهِ إِلَى اللَّهِ ۖ ثُمَّ تُوَفَّىٰ كُلُّ نَفْسٍ مَا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ
“Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing-masing diri diberi balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan)”. (QS. Al-Baqarah : 281).
Hari dimana semua akan dipertanggung jawabkan kepada Allah, baik perkara yang kecil maupun perkara yang besar. Allah berfirman :
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan sekecil apa pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatansekecil apa pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula”. (QS. Al Zalzalah: 7-8).
Sehingga orang – orang kafir menyesal tatkala melihat catatan amalan mereka. Allah berfirman:
وَوُضِعَ الْكِتَابُ فَتَرَى الْمُجْرِمِينَ مُشْفِقِينَ مِمَّا فِيهِ وَيَقُولُونَ يَا وَيْلَتَنَا مَالِ هَٰذَا الْكِتَابِ لَا يُغَادِرُ صَغِيرَةً وَلَا كَبِيرَةً إِلَّا أَحْصَاهَا ۚ وَوَجَدُوا مَا عَمِلُوا حَاضِرًا ۗ وَلَا يَظْلِمُ رَبُّكَ أَحَدًا
“Dan diletakkanlah kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata: “Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan Tuhanmu tidak menganiaya seorang juapun“. (QS. Al Kahfi : 49).
Oleh karenanya jika kita meyakini akan hal tersebut, dan Allah masih memberikan kepada kita kesempatan untuk bernafas, mari mempergunakan sisa umur kita untuk memperbaiki diri – diri kita dihadapan Allah Subhabahu wata’ala.
Jika pada hari ini kita termasuk orang yang lalai dan banyak terjatuh kedalam maksiat maka kembalilah kepada Allah, Allah memiliki rahmat yang sangat luas
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ (53) وَأَنِيبُوا إِلَى رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ ثُمَّ لَا تُنْصَرُونَ (54)
“Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi)”. (QS. Az Zumar: 53-54).
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
وَإِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالْخَوَاتِيمِ
“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada akhirnya”. (HR. Bukhari : 6607).
Amalan yang dimaksud di sini adalah amalan shalih, bisa juga amalan jelek. Yang dimaksud ‘bil khawatim’ adalah amalan yang dilakukan di akhir umurnya atau akhir hayatnya.
Az-Zarqani dalam Syarh Al-Muwatha’ menyatakan bahwa amalan akhir manusia itulah yang jadi penentu dan atas amalan itulah akan dibalas. Siapa yang beramal jelek lalu beralih beramal baik, maka ia dinilai sebagai orang yang bertaubat. Sebaliknya, siapa yang berpindah dari iman menjadi kufur, maka ia dianggap murtad.
Mari kita senantiasa menjaga diri kita dengan cara muhasabah diri sehingga kita senantiasa meraih dan mendapatkan pentunjuk dari setiap apapun yang akan kita lakukan dari Allah SWT.
.