Seperti Apa Manusia Menurut Islam?
Manusia menurut Islam adalah mahluk pencari. Demikian Al-Quran menyebut kita dalam surat Fushilat ayat 49. Apa yang dicari oleh manusia? Masih dalam ayat yang sama, yang dicarinya adalah kebaikan (khair). Maka sudah fitrah kita, jika dalam segala kejadian kita senantiasa mencari makna terbaik.
لَا یَسۡـَٔمُ الۡاِنۡسَانُ مِنۡ دُعَآءِ الۡخَیۡرِ
“Manusia tak jemu-jemu untuk mengharap kebaikan.“
Jadi sebenarnya segala kejadian masih menunggu pikiran kita untuk memberinya makna. Dan sudah seharusnya kita (seperti disebut ayat di atas) memaknai yang baik-baik, daripada memaknai yang tidak baik.
Seorang anak lelaki mendapat tugas untuk menyuapi makanan setiap hari kepada kakeknya yang lumpuh. Dari seluruh anggota keluarga, ia yang mendapat perintah ini.
Waktu demi waktu berlalu, si anak lelaki mulai jenuh dengan tugasnya dan merasa keberatan dengan hal ini. Ia lantas bertanya pada orang tuanya, mengapa tugas menyuapi kakek yang lumpuh itu dibebankan padanya?
Berceritalah sang orang tua si anak tersebut, bahwa sebenarnya kakek adalah pribadi yang sehat dan kuat. Namun pada zaman dahulu ada kecelakaan yang hampir merenggut nyawa anak lelaki tersebut, lalu kakeknya datang menyelamatkan. Akibat aksinya itu, kakek menderita lumpuh hingga sekarang.
Si anak lelaki terbelalak, terharu penuh bangga setelah mengetahui cerita ini. Sejak saat itu ia begitu antusias dan bersyukur bisa menyuapi kakeknya setiap hari. Disini si anak lelaki tersebut benar – benar telah menemukan makna yang kebaikan yang selama ini ia tidak ketahui.
Meski masih anak yang sama, kakek yang sama, dan pekerjaan yang sama, tetapi kini makna pada pekerjaan tersebut menjadi berbeda. Jadi dalam setiap hal, carilah makna yang baik.
Itulah sepenggal kisah bagaimana karakter manusia menurut Islam. Maka, hati-hati dengan bujuk rayu hawa nafsu yang selalu mendorong kita untuk memberi makna yang tidak baik pada sebuah peristiwa. Hal ini juga telah diperingatkan Al-Quran dalam lanjutan ayat di atas,
لَا یَسۡـَٔمُ الۡاِنۡسَانُ مِنۡ دُعَآءِ الۡخَیۡرِ ۫ وَ اِنۡ مَّسَّہُ الشَّرُّ فَیَـُٔوۡسٌ قَنُوۡطٌ
“Manusia tak jemu-jemu untuk mengharap kebaikan. Dan jika mereka ditimpa malapetaka dia menjadi putus asa lagi putus harapan (menjadi tidak baik).”
Seperti itulah gambaran bagaimana manusia menurut Islam dimana dengan sifatnya ini, maka jika omset usaha sedang menurun, berikan makna yang baik. Saat kesehatan sedang terganggu, tandai dengan makna yang baik. Ketika kehilangan suatu benda, sematkan pula makna yang baik. Karena manusia adalah mahluk pencari. Yaitu pencari kebaikan.