Kewajibab Adab Menuntut Ilmu Yang Harus Dipatuhi oleh Para Pencarinya
Beberapa dalil utama mengenai dasar dan pentingnya adab menuntut ilmu agar mudah dan berkah bagi kehidupan diri sendiri dan sesama, yakni :
1. Dalil-dalil tentang perintah untuk berakhlak mulia
Diantaranya:
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
أكملُ المؤمنين إيمانًا أحسنُهم خُلقًا
“Kaum Mu’minin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya” (HR. Tirmidzi no. 1162, ia berkata: “hasan shahih”).
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
إنَّما بعثتُ لأتمِّمَ مَكارِمَ الأخلاقِ
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia” (HR. Al Baihaqi, dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah, no. 45).
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
إنَّ أثقَلَ ما وُضِع في ميزانِ المؤمِنِ يومَ القيامةِ خُلُقٌ حسَنٌ وإنَّ اللهَ يُبغِضُ الفاحشَ البذيءَ
“Sesungguhnya perkara yang lebih berat di timbangan amal bagi seorang Mu’min adalah akhlak yang baik. Dan Allah tidak menyukai orang yang berbicara keji dan kotor” (HR. At Tirmidzi no. 2002, ia berkata: “hasan shahih”).
2. Dalil-dalil tentang perintah untuk memuliakan ilmu dan ulama
Diantaranya:
Allah Ta’ala berfirman:
وَمَنْ يُعَظِّمْ حُرُمَاتِ اللَّهِ فَهُوَ خَيْرٌ لَهُ عِنْدَ رَبِّهِ
“Dan barangsiapa mengagungkan apa-apa yang terhormat di sisi Allah maka itu adalah lebih baik baginya di sisi Tuhannya” (QS. Al Hajj: 30).
Allah Ta’ala berfirman:
وَمَنْ يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوبِ
“Dan barangsiapa mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati” (QS. Al Hajj: 32).
Allah Ta’ala berfirman:
وَالَّذِينَ يُؤْذُونَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ بِغَيْرِ مَا اكْتَسَبُوا فَقَدِ احْتَمَلُوا بُهْتَانًا وَإِثْمًا مُبِينًا
“Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata” (QS. Al Ahzab: 58).
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
إنَّ اللهَ قال : من عادَى لي وليًّا فقد آذنتُه بالحربِ
“Sesungguhnya Allah berfirman: barangsiapa yang menentang wali-Ku, ia telah menyatakan perang terhadap-Ku” (HR. Bukhari no. 6502).
Imam Asy Syafi’i rahimahullah mengatakan:
إن لم يكن الفقهاء العاملون أولياء الله فليس لله ولي
“Jika para fuqaha (ulama) yang mengamalkan ilmu mereka tidak disebut wali Allah, maka Allah tidak punya wali” (diriwayatkan Al Baihaqi dalam Manaqib Asy Syafi’i, dinukil dari Al Mu’lim hal. 21).
Dampak Urgensi dari Adab Menuntut Ilmu :
1. Adab dalam Menuntut Ilmu adalah Sebab yang Menolong Mendapatkan Ilmu
Abu Zakariya An Anbari rahimahullah mengatakan:
علم بلا أدب كنار بلا حطب، و أدب بلا علم كروح بلا جسد
“Ilmu tanpa adab seperti api tanpa kayu bakar, dan adab tanpa ilmu seperti jasad tanpa ruh” (Adabul Imla’ wal Istimla’ [2], dinukil dari Min Washaya Al Ulama liThalabatil Ilmi [10]).
Yusuf bin Al Husain rahimahullah mengatakan:
بالأدب تفهم العلم
“Dengan adab, engkau akan memahami ilmu” (Iqtidhaul Ilmi Al ‘Amal [31], dinukil dari Min Washaya Al Ulama liThalabatil Ilmi [17]).
Sehingga belajar ada sangat penting bagi orang yang mau menuntut ilmu syar’i. Oleh karena itulah Imam Malik rahimahullah mengatakan:
تعلم الأدب قبل أن تتعلم العلم
“Belajarlah adab sebelum belajar ilmu” (Hilyatul Auliya [6/330], dinukil dari Min Washaya Al Ulama liThalabatil Ilmi [17])
2. Adab Menuntut Ilmu adalah Sebab yang Menolong Berkahnya Ilmu
Dengan adab dalam menuntut ilmu, maka ilmu menjadi berkah, yaitu ilmu terus bertambah dan mendatangkan manfaat.
Imam Al Ajurri rahimahullah setelah menjelaskan beberapa adab penuntut ilmu beliau mengatakan:
حتى يتعلم ما يزداد به عند الله فهما في دينه
“(hendaknya amalkan semua adab ini) hingga Allah menambahkan kepadanya pemahaman tentang agamanya” (Akhlaqul Ulama [45], dinukil dari Min Washaya Al Ulama liThalabatil Ilmi [12]).
3. Adab merupakan Ilmu dan Amal
Adab dalam menuntut ilmu merupakan bagian dari ilmu, karena bersumber dari dalil-dalil. Dan para ulama juga membuat kitab-kitab dan bab tersendiri tentang adab menuntut ilmu. Adab dalam menuntut ilmu juga sesuatu yang mesti diamalkan tidak hanya diilmui. Sehingga perkara ini mencakup ilmu dan amal.
Oleh karena itu Al Laits bin Sa’ad rahimahullah mengatakan:
أنتم إلى يسير الأدب احوج منكم إلى كثير من العلم
“Kalian lebih membutuhkan adab yang sedikit, dari pada ilmu yang banyak” (Syarafu Ash-habil Hadits [122], dinukil dari Min Washaya Al Ulama liThalabatil Ilmi [17]).
4. Adab terhadap ilmu merupakan adab kepada Allah dan Rasul-Nya
Sebagaimana dalil-dalil tentang memuliakan ilmu dan ulama yang telah kami sebutkan.
5. Adab yang baik merupakan tanda diterimanya amalan
Seorang yang beradab ketika menuntut ilmu, bisa jadi ini merupakan tanda amalan ia menuntut ilmu diterima oleh Allah dan mendapatkan keberkahan. Sebagian salaf mengatakan:
الأدب في العمل علامة قبول العمل
“Adab dalam amalan merupakan tanda diterimanya amalan” (Nudhratun Na’im fi Makarimi Akhlaqir Rasul Al Karim, 2/169).
“Ahmad kemarin dijewer sama Ustadz. Soalnya ketahuan main-main ke kelas sebelah!” Begitu Muhammad mengadu kepada Umi perihal adab menuntut ilmu adiknya yang akhirnya ia mendapat hukuman dari guru ngaji. Muhammad dan Ahmad memang mengaji pada Ustadz yang sama.
Tentu saja aduan ini disampaikan dalam suasana yang sangat cair, dan disambut gelak tawa seluruh anggota keluarga termasuk si Ahmad sendiri dan saya yang kebetulan ikut mendengar.
Bagi saya, salah satu bentuk kasih sayang seorang guru kepada muridnya adalah dengan memberi peringatan. Karena mengingatkan itu menunjukkan adanya perhatian agar anak mengetahui bagaimana adab menuntut ilmu yang baik dan benar.
Pun salah satu bentuk ketaatan seorang murid kepada gurunya adalah menerima dengan senang hati segala bentuk peringatan dari beliau.
Karena taat kepada guru adalah akhlak yang tak bisa ditawar lagi bagi setiap penuntut ilmu. Dahulu para ulama memuliakan guru mereka setara dengan memuliakan orang tua sendiri. Alangkah dahsyatnya! Ulama berkata,
“Orang tua adalah penyebab keberadaan kita di dunia yang fana, sedangkan guru adalah penyebab keberadaan kita di surga yang kekal.”
Ya Rabb. Benarlah bahwa antara orang tua dengan guru sama mulianya. Siapakah gerangan yang meragukan pernyataan indah di atas?
Ada sebuah bait syair yang merdu :
قُـمْ للمعلّمِ وَفِّـهِ التبجيـلا، كـادَ المعلّمُ أن يكونَ رسولا
“Beradablah pada gurumu dan patuhlah, karena seorang guru hampir-hampir berkedudukan seperti rasul.”
Hal ini tidak lain karena seolah-olah tugas seorang guru mendekati tugas seorang rasul, yaitu menyeru kepada Allah, mengajak menuju surga, dan menjauhi api neraka, disinilah hal adab menuntut ilmu menjadi wajib agar hasilnya membawa keberkahan.
Semoga Allah mempertemukan anak-anak kita semua kepada guru-guru yang saleh dan mampu menerapkan adab menuntut ilmu yang sempurna dan kita sebagai orang tua, mampu pula menanamkan pada hati ini akan adab dan akhlak sebaik-baiknya kepada mereka. aamiin.